Cerita Sex Akibat Kelakuan Kakakku Ketagihan Mansturbasi

 

Kupu-kupu - Cerita Sexs ini mengisahkan serunya seorang adik suka ngintip kakaknya cewek masturbasi. Gak hanya suka masturbasi, ternyata sang kakak adalah seorang cewek lesbian, suka terjalin dengan sesama jenis. Bahkan si adik pernah diajak ngentot bareng dengan rekan pasangan lesbinya sang kakak.

Namaku Hary. Aku mahasiswa tidak benar satu perguruan tinggi di Bandung. Saat ini saya kuliah semester II jurusan TI. Sejak awal kuliah, saya tinggal dirumah kakak ku. “Kak Sherly” begitulah saya memanggilnya. Usianya terpaut 5 tahun denganku. Ia sesungguhnya bukan kakak kandungku, tapi bagiku ia adalah kakak didalam makna yang sebenarnya. Ia begitu disiplin dan mencermati aku. Apalagi kini kami jauh berasal dari orang tua.

Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Sherly. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih berasal dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik berasal dari terhadap kost-kostan. Kak Sherly kala ini bekerja disalah satu KanCab bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi terkecuali udah mengenakan seragam kantornya, ia nampak dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, agar menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.

Dua bulan pertama saya tinggal dirumah kak Sherly, seluruhnya berlangsung normal. Aku dan kak Sherly saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang cukup besar amat mungkin ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Sherly.

Namun berasal dari semua kekagumanku terhadap kak Sherly, satu hal yang saya herankan. Sejauh ini saya tidak memandang kak Sherly miliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa ulang ? Seringkali saya menggodanya, tapi dengan cerdas ia senantiasa mampu mengelak. Ujung-ujungnya ia tentu bakal bilang, “Gampang deh soal itu, yang perlu karier dulu…!”, saya yakin saja dengan kata-katanya. Yang pasti, saya menghomati dan mengaguminya sekaligus.

Hingga terhadap suatu malam. Saat itu kala menunjukan pukul 9.00, suasana tempat tinggal lengang dan sepi. Aku terlihat berasal dari kamarku dilantai atas, selanjutnya turun untuk menyita minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal kebanyakan kak Sherly asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya.

Karena khawatir pintu tempat tinggal belum dikunci, selanjutnya saya memeriksa pintu depan, ternyata udah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, saya punya niat ulang ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok sesore ini kak Sherly udah tidur ?”, selanjutnya 1/2 iseng perlahan saya mencoba mengintip kak Sherly didalam kamar melalui lubang kunci. Agak ada problem gara-gara anak kunci menancap dilubang itu, tapi dengan lubang kecil saya tetap mampu memandang kedalam.

Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara yakin dan tidak terhadap apa yang kulihat. Kak Sherly menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa pakaian sehelaipun !!!
Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, kala ke-2 kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya beralih lagi, ia menindih bantal guling.

Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga saya tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku berasal dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak mengetahui apa yang perlu kuperbuat. Namun lantas rasa penasaran mendorongku untuk ulang mengintip. Kulihat kak Sherly tetap menindih batal guling.

Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, selanjutnya lantas dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, selanjutnya mencapai langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali saya mengalihkan pandanganku berasal dari lubang kunci itu. Ngapain ulang tuh ?!!, saya tertegun.

Entah kenapa, rasa cemas dan jengah perlahan berubah dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa mengetahui tersedia yang memanas dan mengeras di balik training yang saya kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…

Ketika ulang saya mengintip ke didalam kamar, kulihat Kak Sherly mengarahkan selangkangannya terhadap ujung bantal itu, hingga posisinya terlalu seolah menunggangi tumpukan bantal itu.

Lalu tubuhnya lebih-lebih anggota pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, tiap-tiap goyangan yang dilakukanya secara reflek memicu saya semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama saya memandang tingkah laku kak Sherly didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala saya memandang gerakan kak Sherly yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, sebagian kala lantas tubuh kak Sherly terlihat berguncang sebagian saat, jemari kak Sherly mencengkram seprai.

Aku tak tahan lagi. Bergegas saya menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, selanjutnya berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun saya laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku.

Dan semakin lama semakin membara. Ah… saya tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar saya terhubung semua pakaian yang kukenakan, selanjutnya saya berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan saya menyebut-nyebut nama kak Sherly. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Sherly yang putih mulus. Pikiranku terlalu tidak waras.

Aku membayangkan tubuh kak Sherly saya gumuli dan kuremas remas. Sungguh saya tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, saya merintih dan merintih selanjutnya mengerang perlahan sejalan cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok perlu membasuh sarung bantal…masa bodo…!!!!)…………….

Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Sherly mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih berasal dari itu, saya kini memandang kak Sherly sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! (maafkan saya kak Sherly !)

Terkadang saya mulai berdosa manakala saya mencuri-curi pandang. Kini saya senantiasa mencermati bagian-bagian tubuh kak Sherly. . ! mengapa baru sekarang saya mengetahui terkecuali tubuh kak Sherly sedemikian putih dan moligh. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu.


Cari Bandar Poker Online Yang Aman Dan Terpercaya?
MejaQQ Jawabannya
Berapapun Anda Menang, Akan Kami Bayar!
Promo Yang Tersedia :
Bonus Turn Over/Rollingan 0,5% Setiap Hari Senin
Bonus Referral 10% + 10% SEUMUR HIDUP!
Minimal Deposit/Withdraw Hanya 20.000 Saja
Total JACKPOT Hingga Ratusan Juta Rupiah!

Untuk Informasi yang Lebih Jelas, Hubungi Kami di :
Pin BBM : DE0DFAC0
Telp / WA : +85515769885
Facebook : Silvia Olivia
Twitter : IreneLouis



Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya menghendaki saya dipeluk dan membenamkan muka dilehernya.
“Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya !“, kata kak Sherly sambil menuangkan air putih isikan gelas dihadapanya, selanjutnya meneguknya perlahan. Air itu lewat bibir kak Sherly, selanjutnya bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa saya jadi mencermati hal-hal cermat seperti ini ?
“Siapa yang melamun, orang ulang …. ammmm mmm sedap nih, selai apa kak ?”, saya mengalihkan perhatian saat ke-2 bola mata kak Sherly menatapku dengan pandangan aneh.

“Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Sherly bangkit berasal dari area duduknya selanjutnya berlangsung membelakangiku menuju wastafel untuk membasuh tangan.
“OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip memandang pinggul kak Sherly yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Sherly. Hari sabtu saya sesungguhnya gak tersedia mata kuliah.

“Enggak…!”, kataku sesaat sebelum akan meneguk air minum.
“Periksa semua kunci tempat tinggal ya Ted kalo sudi pergi. Kemarin di blok C11 tersedia yang kemalingan….!”.
“Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.
Beberapa kala lantas nada mobil terdengar terlihat garasi. Lalu nada derikan pintu garasi ditutup. Dan saat saya keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.

Setelah meyakinkan kak Sherly pergi, saya lantas mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak tempo hari saya udah miliki suatu rencana. Aku sudi memasang Mini Camera kekamar kak Sherly, biar mampu online ke TV dikamarku, he he !.
Sebulan berlalu, otakku terlalu udah rusak.

Aku senantiasa menanti saat-saat di mana kak Sherly bermasturbasi. Dengan bebas saya memandang Live Show, melalui mini kamera yang udah kupasang dilangit-langit kamar Kak Sherly. Aman ! sejauh ini kak Sherly tak mengetahui bahwa segala gerak-geriknya tersedia yang mengamati.
Benar rupanya hasil survai sebuah instansi bahwa 60 prosen berasal dari wanita lajang jalankan masturbasi. Kalau kuhitung apalagi ka Sherly melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.

Kasihan kak Sherly. Ia mestinya sesungguhnya udah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Sherly toh udah dewasa, ia tentu mengetahui apa yang dilakukannya. Dan yang terutama saya miliki suatu hal untuk kunikmati. Kalau kak Sherly melakukannya dikamarnya, tentu saya juga. Ahh…..
Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, menghendaki rasanya saya bergegas kekamar kak Sherly saat kak Sherly tengah menggeliat-geliat sendiri.

Aku menghendaki membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling membuat happy aja. Tapi saya gak berani. Apa kata dunia ?
Malam ini. Aku tak sabar ulang menunggu, udah nyaris jam sembilan. Tapi kok gak tersedia tanda-tandanya. Kak Sherly tetap asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku lantas bergegas terlihat tempat tinggal punya niat mengunci gerbang.
“Mau kemana Ted ?”,
“Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .

“Jangan pernah dikunci, temen kak Sherly tersedia yang sudi kesini !”,
“Mau kesini ? siapa kak ?”,
“Santi…yang pernah itu lho !”,
“Ohh…!”, saya mencoba mengingat. Lina ? ah jaman bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.

Aku bergegas ulang kedalam. Dan saat saya menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Sherly berdering. Kudengar kak Sherly berbicara, rupanya temennya si Lina brengsek itu udah sudi datang. Huh !
Aku nyaris aja ketiduran. Atau mungkin sesungguhnya ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun saya sesungguhnya ketiduran.

Cuci muka di wastafel, selanjutnya saya ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi cukup daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild.

Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, melepaskan hawa malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Sherly udah pulang kali ?!.
Kunyalakan TV, tapi nyaris semua chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, selanjutnya kutekan remote terhadap mode video…lho apa itu…?!
Ya ampun ! sungguh panorama yang menjijikan.

Apa yang bakal dikerjakan kak Sherly dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, tersedia rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka terkecuali kak Sherly ternyata menyukai sesama style (Lesbian).

Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!
Kumatikan TV. Aku termenung sebagian saat.
Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar hingga tetes terakhir.

Tapi…., saya tekan ulang tombol power TV, Upps… tetap On Line ! Aku memandang kak Sherly dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, anggota pundak mereka yang tak tertutup menunjukan terkecuali mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum.

Tangan kiri kak Lina mengelus-elus pundak kak Sherly. Sementara kuperhatikan tangan kak Sherly nampaknya mengelus-elus pinggang kak Lina, tidak nampak sesungguhnya tapi gerakan-gerakan berasal dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi saya tak mendengarnya gara-gara saya tidak memasang Mini Camera dengan Mic.

Perlahan kepala kak Lina mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Sherly. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata terlalu tersedia tugas pria yang dikerjakan oleh wanita.

Untuk sebagian kala mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menghambat nafas. Mungkin saya juga ketularan tidak waras, rasanya tersedia satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, saya mulai mendidih !
Sesaat kak Lina terlihat menelusuri leher kak Sherly dengan bibir dan lidahnya, saya mengusap leherku sendiri.

Entah kenapa saya mulai merinding nikmat. Apalagi memandang ekpresi kak Sherly yang pasrah tengadah, kala kak Lina dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan memandang kak Sherly diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, saya lantas beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, kala mataku tak terlepas berasal dari layar TV.

Situasi semakin seru, kak Sherly kini yang beraksi, ia nampak agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Lina yang kini terlentang ditindih kak Sherly. Kepala kak Lina mendongak-dongak, saya yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya.

Kemudian kak Sherly berubah menciumi dada kak Lina, sekarang baru terlihat mengetahui muka kak Lina. Ia ternyata cantik sekali, apalagi sedikit lebih cantik berasal dari kak Sherly. Ah saya terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan semakin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, agar perlu kuluruskan.

Kak Sherly terlalu beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Lina. Wajah kak Lina mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi saat kak Sherly mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat kala ke-2 tangannya mendekap kepala kak Sherly. Bergantian kak Sherly mengerjai ke-2 payudara kak Lina. Kak Lina menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi saat kak Sherly menyelinap ke didalam selimut.

Tiba-tiba kepala Kak Sherly terlihat ulang berasal dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, gara-gara kulihat kak Lina tersenyum, selanjutnya sebuah kecupan mendarat dikening Kak Sherly.

Sesaat lantas kak Sherly menghilang ulang ke didalam selimut. Kak Lina nampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, saya tak mampu memandang apa yang tengah dikerjakan kak Sherly, tapi menurut perkiraanku kepala kak Sherly pas salah satu selangkangan kak Lina. Entah apa yang tengah dilakukannya.

Namun yang terlihat, kak Lina mendongak-dongak, ke-2 tanganya meremas-remas kepala kak Sherly. Kepala kak Lina bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama.

Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa mengetahui kubuka kaus yang kukenakan, selanjutnya kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !

Tiba-tiba saya memandang kak Lina mengejang sebagian kali. Pinggulnya mengangkat, ke-2 pahanya menjepit kepala kak Sherly. Mengejang lagi, kala kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, selanjutnya sesaat lantas terdiam.

Matanya terpejam. Kemudian kak Sherly terlihat berasal dari balik selimut, ia terlihat mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Lina tersingkap karenanya.

Kak Lina lantas mencapai ke-2 bahu kak Sherly, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Sherly, selanjutnya merangkul kak Sherly ke didalam pelukannya. Beberapa kala mereka berpelukan. Aku yang memandang kejadian itu cuma mampu menghambat napas, kala tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.

Dan, lantas mereka terlihat berbincang lagi, selanjutnya kak Sherly membaringkan badanya. Terlentang. Kak Lina menarik selimut, selanjutnya menyingkirkannya jauh-jauh.
Kak Sherly nampak protes, tapi protes kak Sherly dibalas dengan lumatan bibir kak Lina. Tubuh kak Lina menindih tubuh kak Sherly. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.

Saling menyentuh.
Kak Lina kini yang melakukan tindakan aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri.

Kak Sherly terlihat pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Lina terlihat lebih cekatan berasal dari kak Sherly, nyaris tiap-tiap inci tubuh kak Sherly dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Sherly berasal dari arah perut dan konsisten bergerak ke awah.

Kak Sherly hendak bangun, ke-2 tanganya seolah menghambat kepala kak Sherly yang konsisten bergerak ke bawah, entah mungkin gara-gara geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Lina menahanya, selanjutnya kak Sherly menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad.

Kak Lina kini menciumi paha, lutut, apalagi telapak kaki kak Sherly. Tangan kanan kak Sherly mengusap-usap kemaluannya, kala jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat.

Tubuh kak Lina lantas beralih lagi. Ia kini udah siap berada salah satu paha kak Sherly. Kak Lina menarik bantal dan meletakannya, di bawah pinggul kak Sherly, agar tubuh anggota bawah kak Sherly semakin terangkat. Kepala kak Sherly terjepit sama salah satu selangkangan kak Sherly.

Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Sherly. Aku memandang tubuh kak Sherly mengelinjang-gelinjang. Tak mengetahui saya turut merintih. Semakin kak Sherly menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya.



Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang tentu saya turut larut didalam suasana antara kak Sherly dan kak Lina.
“Kak Sherlyii… kak Lina……, ini Hary… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, saya merintih dan konsisten merintih.
Semakin lama kak Sherly kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Lina.

Semakin lama gerakan kak Sherly semakin liar, selanjutnya pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!
Aku terengah-engah, didalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, saya teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri didalam kegelapan. Aku yakin disana kak Sherly dan kak Lina pun tengah merintih dan mendesah, juga didalam kegelapan…….

Dor ! Dor ! Dor !
“Hary… bangun, udah siang !“, nada ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya udah siang.
“Bangun…!”, nada kak Sherly ulang terdengar.
“Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar cara kaki kak Sherly menyingkirkan berasal dari pintu kamarku.

Ya ampun ! saya terkaget. Berantakan sekali area tidurku. Dan bantal guling…, bergegas saya membuka sarungnya. Wah nembus !
Dengan tergesa-gesa kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.

Kalau tidak khawatir mendengar ulang teriakan kak Sherly yang menyuruh sarapan mungkin saya memilih untuk tidur lagi. Akhirnya saya terlihat kamar, menyita handuk, dan bergegas kekamar mandi.

Didekat ruang makan saya berpapasan dengan kak Sherly yang mempunyai nasi goreng berasal dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Sherly yang belum kering benar mengetahui terlihat.

Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku didalam hati.
“Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Sherly menatapku heran.
“Enggak …! Siapa… ulang yang senyam-senyum.

Mmm sedap !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.
“Mandi pernah sana, dasar jorok !”, kata kak Sherly sambil meletakan piring yang dipegangnya.
“Jorokan juga kak Sherly, gituan dijilatin hiiii….”, kataku didalam hati, tapi lantas bergegas mandi, eh keramas juga !

Segar setelah mandi, nyaris saya balik ulang saat mengetahui dimeja makan Kak Sherly tengah sarapan ditemani kak Lina.
“Ikutan Indonesian Idol dong ted !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kata-kata yang pertama kudengar berasal dari kak Lina.

Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! saya merasakan keliaran dimatanya saat menatapku yang cuma terbungkus handuk sepinggang.
“Eh, maaf kirain gak tersedia kak Lina, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.
Buru-buru saya ganti baju, menyisir rambut.

Ah kenapa saya menghendaki terlihat keren. Karena tersedia kak Lina yang cantik kali ya ? Pandang berasal dari kiri dan kanan. Sip ! Turun ulang ke lantai bawah, menikmati dua muka cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
“Nih buruan, sarapan pernah !”, kak Sherly yang lantas menyuruhku sarapan, kala mereka sendiri udah selesai.

Aku selanjutnya sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak berasal dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali saya menimpali walau mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini tetap aja ngurusin kerjaan !”, saya membatin.
“Tumben dihabisin ?”, kata kak Sherly memandang saya makan dengan lahap.
“Abis sedap sih !”,
“Biasanya, dia tuh ! ada problem makannya, di masakin ini-itu…!”,
“Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Sherly
“Alah… emang kebanyakan gitu kok !”, kak Sherly memotong ucapanku. Kak Lina cuma tersenyum aja. Manis ulang senyumnya.

Mmmuah ! menghendaki rasanya kusentuh bibirnya itu.
Seminggu berlalu, tiap-tiap hari rasanya saya jadi jadi bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Sherly dan kak Lina. Namun yang lebih kerap menari-nari didalam khayalanku lantas adalah sosok kak Sherly. Mungkin gara-gara ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku lantas mengacu kepadanya.

Aku mulai bersalah gara-gara lantas khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Sherly. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Sherly. Aku menghendaki merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap tiap-tiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!

Rasanya semua hal yang tentang dengan kak Sherly membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang ulang dijemur saja saya terangsang.
Bahkan entah berapa kali saat kak Sherly tidak tersedia dirumah, saya mempergunakan benda-benda spesial kak Sherly jadi objek fantasiku.

Dan semakin lama saya semakin berani, hingga saya jalankan self service, di kamar kak Sherly, saat tidak tersedia kak Sherly tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Sherly kugenggam erat.

Aku terlentang diatas spring bad kak Sherly. Isi lotion udah kukeluarkan agar melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali saya menciumi celana didalam pink kak Sherly. Aku terlalu hanyut dan terbuai didalam kenikmatan. Sehingga saya tak begitu mengacuhkan saat tersedia suara-suara didepan rumah. Ah… kak Sherly kebanyakan pulang jam 6.30, sekarang

baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
Jeckrek !!! kunci pintu depan diakses berasal dari luar, selanjutnya pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! saya sungguh panik. Kak Sherly Pulang !!!
Dengan gemetar dan penuh kecemasan saya mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
Tak mampu dicegah gara-gara pintu kamar sesungguhnya tak kukunci. Blak…pintu didorong berasal dari luar…
“Hary…! Ngapain anda ?”, mata kak Sherly menatapku tajam.
“ng..mmm ini ulang !”, saya tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.

Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang cuma mengenakan training. Napasku tercekat manakala mengetahui tatapan kak Sherly ke atas area tidur, celana didalam ka Sherly, langerie kak Sherly, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!

Kak Sherly menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Sherly tentu saja mampu menebak kelakuanku.
“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan ada problem payah saya bersuara. Tapi kak Sherly tak memperdulikanku. Ia berlalu, cara kakinya menjauhkan kamar.

Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
Bergegas saya membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Sherly !
“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.

“Bodoh, bodoh !”, saya mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh kecemasan saya bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap terlihat rumah, motorku-pun kudorong terlihat halaman.

Lalu saya kabur…ketempat kost temanku.
Tiga hari saya saya tak pulang, temanku hingga terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi saya simpan rapat-rapat persoalan yang sebenarnya. Aku cuma bilang ulang berantem sama kakaku.

Tadinya saya kebingungan juga kelamaan tidak pulang, sudi pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telepon berasal dari kak Sherly memicu seluruhnya lebih baik,
“Hary anda kemana aja ? anda di mana ?”, terdengar nada kak Sherly di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.
“Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, nada kak Sherly tetap terdengar datar.

Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, selanjutnya tak terdengar ulang nada kak Sherly. Aku tertegun sebagian saat, tapi lantas saya memastikan untuk pulang.
Tiba dirumah, tatapan kak Sherly menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, nada kak Sherly tetap terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari tempat tinggal Wawan kak !”,
“Makan dulu…tuh kakak udah matang !”, terdengar nada kak Sherly berasal dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas saya ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !
Besoknya, suasana tetap mulai terlalu hambar.

Kak Sherly tak mengucap sepatah katapun. Ia mengikis muka saat berpapasan dengan saya yang punya niat ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, ulang keruang makan. Aku dan kak Sherly sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana benar-benar mencekam.

Kak Sherly terlihat buru-buru selesaikan sarapannya. Akupun bergegas menggunakan sisa makananku.
“Kak, maafin Hary yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
Kak Sherly tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan isyarat tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya.

Entahlah.
Beberapa hari lantas setelah suasana dirumah mulai mulai normal, malam itu kak Sherly diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau mampu kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku lantas duduk disofa, pas dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar memandang pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi.

Pantat kak Sherly yang cuma dilapisi selembar pakaian tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana didalam yang dikenakanya terlihat menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan menghendaki mengecapnya dengan lidahku. Dan…
“Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Sherly membalikan badannya, dan memandang kearahku yang tengah menikmati anggota belakang tubuhnya.
“Orange, atau susu ?”, tanpa mengetahui saya melirik kearah dadanya.
Kak Sherly merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.
“Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,
“Ok !”, selanjutnya saya pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya terkecuali membuat susu ia tentu cuma minta 1/2 gelas.

“Takut gak abis”, katanya !
“Nih kak !”, kataku sambil menempatkan gelas susu disebelah kanan. Lalu saya bergerak kesebelah kiri kak Sherly. Kak Sherly segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri mencapai majalah yang tengah dibaca Kak Sherly.
“Ih apaan nih, sini ! orang ulang dibaca juga !”, kak Sherly berusaha mencapai majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku menyita remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Sherly, saya memindah-mindah chanel.
“Kebiasaan Hary mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha mencapai remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
Lalu saya memiringkan badan, sekarang saya menghadap kearah kak Sherly. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.

Lalu saya mutup ke-2 mataku rapat-rapat.
“Kak sudi tanya, boleh ?”, kataku sambil senantiasa memejamkan mata.
“Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.
“ng…mmmm kenapa Hary akhir-akhir jadi aneh yah ?”,
“Maksudnya apa ?”,
“Tapi kak Sherly jangan marah yah !”,
“Akhir-akhir ini, Hary kerap error. Pikiranya yang begituuu.. aja.

Gak siang gak malem, pusing deh !”,
“Mikirin apa sih ?”,
“Ah… kak Sherly ini. Maksud Hary… mmm jangan marah yah. Rasanya Hary mudah terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan terlihat diwajah kak Sherly. Lalu ia menghela nafas panjang.

“Kebanyakan nonton film buruk kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar buruk kayak gitu !”,
“Bisa juga sih…, terkecuali masturbasi bahaya enggak sih kak?”, saya ulang melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.
”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, terlihat kak Sherly agak gusar menimpali pertanyaanku.
“Kalau kata temen Hary sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, mampu penyakitan !”,

Tak terdengar komentar. Waduh saya kehabisan kata-kata.
“Sebenarnya gara-gara kak Sherly sih !”, dan saya menunggu. Benar saja, kak Sherly bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.
“Menurut sebuah survai, 60 prosen wanita lajang jalankan masturbasi, bener kan ?”, saya ulang melontarkan pukulan kata-kata.
“Kata siapa anda ?”,
“Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,
“Maksud Hary apa sih…? Kakak jadi pusing !”,
“Hary mengetahui rahasia kak Sherly !”,
“Rahasia apa ?”,

“Kak Sherly suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Sherly membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya.
“Kamu ngintip ?”,
“Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menanti pengaruh selanjutnya.
“Tapi tenang aja. Rahasia kak Sherly safe kok ditangan Hary.

Dan rahasia Hary tersedia ditangan kak Sherly.

Sama-sama safe ok ?!”, Kak Sherly tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia jadi membolak-balikan halaman majalah.
“Meskipun tersedia satu rahasia ulang !”, nampak muka kak Sherly ulang menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.
“Kak Lina… !”, kataku. Kak Sherly terlalu terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Sherly.
“Tenang aja. Hary gak bakal membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
“Hary mengetahui seluruhnya ?”, kata kak Sherly tiba-tiba.

Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan.
Aku menganggukan kepala.
“Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah.

Please !”, kak Sherly mengguncang bahuku.
“Tenang…pokoknya safe !”,
Kak Sherly terlihat gelisah. Aku tidak tega melihatnya.
Kak Sherly yang terlalu baik padaku udah saya antarkan terhadap suatu suasana serba tidak benar dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah.

Tiba-tiba terdengar dering telepom, bergegas saya bangun dan mengangkat gagang telpon.
“Halloo..!”, terdengar nada perempuan diseberang sana.
“Hallo…!”, kataku
“Ini Hary yah ?, kak Sherly tersedia ?”, nada itu terdengar lembut.
“ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga.
“Ini Lina…kak Sherly-nya tersedia ?”,
“Ada…sebentar ya kak !”, kataku.
“Kak… ini kak Lina !”, kataku terhadap kak Sherly. Kulihat tiba-tiba expresi kak Sherly menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan.
“Haloo..”,

Aku bergegas pergi, tak menghendaki mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
Beberapa kala lantas kudengar cara kaki kak Sherly di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba saya mendengar ketukan dan nada kak Sherly.

Aku terdiam, menunggu. “Hary…!”, ulang terdengar ketukan. Kunyalakan lampu selanjutnya terhubung kunci pintu kamar.
Tanpa kupersilahkan kak Sherly menyeruak masuk selanjutnya duduk dipinggir area tidur. “Hary…”, kak Sherly tiba-tiba memecahkan keheningan.
Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh.
Kulihat kak Sherly menatapku dalam-dalam. Nampaknya tersedia suatu hal yang menghendaki diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya agar menghadap kearah kak Sherly. Lalu saya duduk dihadapan kak Sherly. “Hary mampu pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada kecemasan dimatanya.
“Masalah apa ?”,
“Lina…!”,

“Oh…!”, saya mengangguk perlahan.
“Jangan hingga Mamah mengetahui !’,
Aku cuma menatapnya, selanjutnya tersenyum hambar.
“Janji ?!”, kak Sherly menatapku dalam-dalam.

“Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku.
“Hary boleh minta apa aja, tentu kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”,
“Tenang…aman !’, kataku agak bergetar.

“Hary sudi minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Sherly mencoba bernegosiasi, he he….
“ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta suatu hal terhadap kak Sherly, ulang pula saya sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Sherly sungguh dinterpretasikan oleh kak Sherly.

“Kakak mengetahui kok apa yang Hary inginkan, sini…!”, kak Sherly menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku curiga sesaat.
“Sini….!”, katanya mengulang.

Meskipun curiga saya lantas beranjak, dan dengan bingung saya duduk disebelahnya. Darahku berdesir kala jemari lembut kak Sherly mengusap punggung tanganku. Lalu ia mencapai telapak tanganku.

Jemari tanganku digenggamnya.
“Pasti Hary sekarang ulang error !”, tiba-tiba kak Sherly berkata datar,
“Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah.
“Pake pura-pura ulang !”, kak Sherly mendorong tubuhku.

Karena Kak Sherly berarti agar saya terlentang maka saya segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
“Hary pengen ini kan ?”, jemari kak Sherly merayapi pahaku.

Aku terhenyak menghambat nafas. Kemudian kak Sherly tanpa curiga mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., ke-2 lututku terangkat parlahan, selanjutnya kuturunkan lagi.
“Kak…”, kataku lirih
“sst…kakak mengetahui apa yang Hary inginkan, tenang aja…”, kak Sherly terlalu meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, sejalan semakin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur jadi satu.

“Pake malu-malu ulang !”, kak Sherly memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk saya cuma mampu menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan berasal dari tiap-tiap remasan tangan kak Sherly. “Ah…shhh..kak….!”,
Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Sherly, meremasnya perlahan sejalan geliat kenikmatan. Aku semakin berani gara-gara kak Sherly tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.
Tiba-tiba, “Udah ya…cukup segitu aja !”, tiba-tiba kak Sherly menghentikan remasan tanganya.

“Ah kakak !”, saya merintih kecewa, nyaris saya melonjak bangun.
“Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda saya yang tengah konak.
“Tanggung…please…!”, saya merintih dan memelas.
“Dasar….”, katanya sambil memijit hidungku.
Tanpa curiga saya melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh udah mengeras, mendongak…
Nampak tersedia rasa jengah terhadap tatapan kak Sherly, saya bangkit berasal dari tidurku, “Please…!”, selanjutnya kuraih tangan kak Sherly agar menjamah kemaluanku. Akhirnya tak urung kak Sherly menuruti kemauanku.

Kembali kuhempaskan tubuh, selanjutnya menanti kak Sherly jalankan hal yg seharusnya. Tangan lembut dan halus kak Sherly menggenggam kemaluanku, nampaknya ia agak ragu, badanku mengerjap sesaat, saat tangan kak Sherly mulai meramas kemaluanku dengan perlahan. Kupenjamkan mata, menikmati tiap-tiap kenikmatan yang datang.

Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.
Remasan tangan kak Sherly sesungguhnya nikmat, tapi semakin lama saya menghendaki lebih, selanjutnya saya mencapai Hand Body berasal dari sela-sela tepi springbad, dengan gemetar kusodorkan terhadap kak Sherly.
“Apa ini ?”,
Meski terlihat ragu, perlahan kak Sherly mencapai Hand Body Lotion, terhubung tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya.

Lalu ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
“Maafin Hary ya kak !”,
“Iya anak nakal !”, katanya. Mungkin mestinya ia tersenyum tapi saya tidak melihatnya.
“Digimanain ?”, katanya berbisik perlahan.
“Urut aja, keatas dan kebawah, pelan-pelan !”,
“Begini…!”,

“Ya…ah… shhh… kak Sherly…!”, akupun tenggelam dan terbuai didalam kenikmatan. Belaian lembut tangan Kak Sherly sungguh memicu saya terlena. Dan tanpa kuminta kak Sherly udah cukup mengetahui saat udah agak mengering dan kesat ditambahkannya ulang cairan Hand Body itu. Ia udah mengetahui yang kuinginkan.

Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. Aku lantas cuma mampu pasrah, merintih dan mendesah.
“ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh sedap !”,
Aku konsisten merintih dan merintih. Kak Sherly terlalu memanjakan aku. Ia mengurut dan membelai memicu saya mulai melambung-lambung. Tapi lama kelamaan tersedia rasa ngilu dikemaluanku.

Makin lama semakin ngilu.
“kenapa ? udah ?”, kak Sherly bertanya saat tanganku menghambat gerakan tanganya yang tetap mengurut dan membelai. “Ngilu…!”, kataku berbisik.
Lalu saya bangkit berasal dari area tidurku, agar kami duduk berdampingan. Kak Sherly terlihat berusaha mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku jadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku berasal dari cairan handbody.

Kami terdiam, sebagian saat.
“Tahu enggak sesungguhnya Hary suka pake bantal guling. Seperti Kak Sherly !”,
“Apa enaknya…!”, pertanyaan itu seolah terlontar begitu saja.
“Ya sedap aja. Gesek-gesek. Sambil membayangkan tengah memeluk kak Sherly !”.
“Dasar !”, ia memelintir kupingku.
“kak Sherly…!”,
‘Apa..?”,
‘Tanggung nih !”,
“Tanggung apanya ?”,
“Pura-pura jadi bantal guling sudi ?”,
“Apalagi nih !”,

“Hary gak tahan nih. Tapi kak Sherly gak usah khawatir. Hary gak menyebabkan kerusakan apapun. Kak Sherly senantiasa berbaju lengkap. Kak Sherly cuma berbaring aja. Nanti Hary…!”, kak Sherly terdiam tak menjawab.
“Cuma gesek-gesek aja !”, saya lantas menandaskan.
“Gimana ? anda ini aneh-aneh aja ?”,
“Berbaring pernah kak Sherly-nya. Pokonya safe deh.

Hary gak bakalan menyebabkan kerusakan apapun. Janji !”, kataku sambil 1/2 mendorong tubuh kak Sherly.
Kak Sherly tak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, selanjutnya kubaringkan tubuhnya hingga terlentang.
Dengan bergetar lantas saya berbaring menyamping. Lalu kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku kini menempel ke pahanya. Sayang masing terlindung pakaian yang dikenakannya. Tapi cukup enak.

Lalu saya mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Sherly. Rasa nikmat perlahan mengalir sejalan gesekan itu. Makin lama semakin mulai enak. Tangan kak Sherly kupaksa agar sudi melingkari pinggangku. Aku konsisten menggesek dan menggesek. Sesaat saya lepaskan bajuku, saya kini telanjang bulat, menelungkup tubuh kak Sherly yang tetap terbungkus Langerie…

”shhhh…. Mmmm sedap kak. Enak ! shhhhh ahhhh shhh !”, tanpa mengetahui saya menciumi bahu kak Sherly. Aku semaki berani gara-gara kak Sherly melepaskan saya menciumi pundaknya. Makin lama tubuhku semakin bergeser. Tahu-tahu saya kini berada salah satu dua paha kak Sherly. Kemaluanku menggesek-gesek sama kemaluan kak Sherly. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi semakin memuncak.


Aku mendesis dan merintih sambil sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Sherly. Lambat laun saya menyadari, tiap-tiap saya bergerak dan menggesek, tubuh kak Sherly turut bergerak seirama gerakan tubuhku. Bahkan sebagian kali ia membetulkan posisi pinggangku.

Kemaluanku konsisten menggesek-gesek kemaluan kak Sherly. Dan konsisten bergoyang-goyang berirama.
“Kurang keatas…sakit mengetahui !”, nada ka Sherly terdengar memburu.
Aku menurut. Aku bergerak lebih keatas. Paha kak Sherly bergerak seolah berikan ruang agar tubuhku bergerak lebih leluasa.

“Pelan…pelan…”, ia mendesis,
“Enak kak?’, selanjutnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Sherly terdiam. Namun nafasnya semakin terdengar memburu. Jemari tangannya mulai meremas-remas punggungku.
Tanpa meminta persetujuan saya berusaha mencapai celana didalam kak Sherly.
“Mau apa ?”,
“Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya.
“Please !”, kataku. Akhirnya kak Sherly menurut.

Bahkan kakinya bergerak-gerak membantuku melepaskan celana didalam itu. Aku tidak punya niat menyetubuhi kak Sherly. Tidak terlalu maskudku. Biar bersentuhan lebih dekat aja. Dan untuk pertama kalinya didalam hidupku. Kemaluanku menempel terhadap kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar biasa.

Kemaluanku mengarah kebawah, terjepit salah satu paha kak Sherly. Lalu saya mulai menggesek-kesekanya. Ada suatu hal yang hangat tapi basah di bawah sana. Semakin kugesekkan semakin mulai nikmat. Tiba-tiba saya mendengar kak Sherly mendesah pelan. Kepalanya mendongak. Kuulangi gerakan dan gesekanku, ulang ia mendesah. Akhirnya kuulangi gesekan diwilayah itu. Aku suka mendengar kak Sherly mendesah-desah dan merintih. Kami ternyata berada terhadap posisi saling berdekapan.

Wajah kami begitu dekat. Aku merasakan semburan nafas hangat kak Sherly. Dengan lembut kudaratkan bibirku didagunya. Kemudian bergeser, perlahan. Akhirnya bibir kami bertemu. Bibir kak Sherly awalannya diam tak bereaksi saat bibirku berusaha melumat, tapi lama kelamaan bibir itu membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan dan saling melumat.

Semakin lama semua nya semakin liar. Aku kini apalagi udah mengecap, menjilat apalagi 1/2 menggigit leher kak Sherly. Ketika jilatan lidahku menyerang pangkal leher di bawah telinganya, kak Sherly mendesah dan merintih. Aku kini terlalu memicu kak Sherly jadi hilang kesadaran. Ia udah jadi terlalu liar.

Diarahkannya kepalaku untuk menciumi dadanya. Aku maklum dengan apa yang diinginkan kak Sherly. Aku bangit berasal dari cengraman tubuhnya. Lalu dengan gemetar kubuka Langerie yang dikenakan kak Sherly. Kemudian Bra yang dikenakannya. Kini tubuh kak Sherly tak berbalut selembar benangpun, sebagaimana aku. Tak tahan berlama-lama saya merangkul tubuh kak Sherly.

Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Aku jilat tiap-tiap inci tubuhnya, semakin kak Sherly merintih semakin saya mejilat dan menggigit. Putting susunya bergantian saya lahap. Aku bagai orang yang kesetanan. Tanpa mulai saya mulai menjilati tubuh kak Sherly anggota bawah. Bahkan saya kini mulai menciumi pangkal paha dan selangkangannya. Kak Sherly merintih dan melenguh. Aku tak mengetahui bagaimana cara menjilat yang baik dan benar.

Pokonya semakin keras rintihan kak Sherly semakin lama saya menjilat. Kupingku mulai berdenging dan pekak gara-gara terjepit ke-2 paha kak Sherly. Aku menjilat dan konsisten menjilat kemaluan kak Sherly. Meskipun hidungku mencium aroma yang aneh, dan lidahku mengecap rasa yang aneh pula. Aku konsisten menjilat. Bahkan bibirkupun mencium bagian-bagian kemaluan kak Sherly. Aku suka mendengar kak Sherly Merintih-rintih dan menjerit. Sampai lantas kak Sherly menarik kepalaku.

“Sudah-sudah ! ngilu !”,
“Ngilu ?”, batinku. Bukanya sedap ?
Nafas kak Sherly tersengal-sengal. Aku segera mengelap mulutku dengan pakaian kak Sherly, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Namun saya tetap bernafsu. Ketika saya punya niat menaiku tubuh kak Sherly.
“Tunggu sebentar. Masih ngilu !?”, katanya.

Baca Juga - Kenikmatan Yang Ku Dapat Dari Kepala Sekolah Dan Murid-murid

Akhirnya saya cuma mampu menciumi perut dan dada serta payudara kak Sherly. Kedua tangan kak Sherly membelai-belai rambutku.
Tubuhku perlahan mulai merayap kembali. Masuk kedalam dekapan hangat tubuh kak Sherly. Rasa nikmat itu perlahan ulang mengalir. Kemaluan kami ulang bergesekan. Dan saya mulai meracau…
“Jangan !”, kak Sherly menghambat tubuhku. Aku tak tahan lagi. Aku menghendaki memasukannya. Aku menghendaki merasakan terbenam didalam lembah kenikmatan itu.

“Jangaaaaannn… please ! Hary jangan !”, kak Sherly memohon saat saya mencoba dan memaksa untuk ke-2 kalinya.
“Hary udah gak tahan kak ! gak tahan ulang !”,
“Tapi Hary udah janji, gak bakalan merusak.!”, kak Sherly menghiba.
“Hary udah gak tahannnnnn….shhhh !”,
“Kak Sherly juga sama. Tapi please jangannnn shhh !”,
Kak Sherly berbisik dengan nafas memburu.

Aku tak tahan lagi. Namun lantas otak warasku hadir. Kalau dengan bantal guling saja saya mampu puas, kenapa sekarang enggak.
Aku ambil celana didalam kak Sherly, selanjutnya kugunakan untuk menutupi kemaluan kak Sherly. “Hary pengen terlihat disini, boleh yah !”. 1/2 memohon saya berbisik.

Karena tak dilarang segera saya memposisikan kemaluanku. Mengarah kebawah dan terjepit paha kak Sherly. Kedua Kemaluan kami cuma dipisah selembar celana dalam. Dan saya lantas mulai menggesek. Mencari sensasi kenikmatan itu. Aku menggesek dan menggesek. Tak sebagian lama, gelombang kenikmatan itu datang. Cratt cratt…..

Aku terkapar diatas tubuh kak Sherly. Terdiam sebagian saat, sebelum akan kak Sherly mendorong tubuhku yang menindih tubuhnya. Aku terbaring ke samping. Ingin rasanya saya memeluk kak Sherly berlama-lama. Tapi kak Sherly buru-buru bangkit. Dikenakannya Langerie-nya kembali. Lalu bergegas ia terlihat berasal dari kamarku. Celana dalamnya yang basah berlumuran ditinggalkannya !

Baca Juga : TINGGAL SENDIRIAN DIRUMAH ,AKU MALAH DAPAT ENAK , EHHMMM

Sejak kala itu, rahasia dirumah ini bertambah, hingga sekarang kami konsisten melakukanya, tidak terlalu kerap memang, tapi saat saya menghendaki atau saat kak Sherly “kepengen” (begitulah istilah kak Sherly), maka kami bakal melakukannya. Didapur, dikamar mandi, diruang tengah, apalagi diruang tamu. Satu hal yang senantiasa kami jaga, kami tidak terlalu bercinta, sungguh akupun komit dengan janjiku, saya teramat menyayangi kak Sherly, saya tak menghendaki merusaknya, semua yang kuperoleh udah lebih cukup bagiku. Dan mudah-mudahan bakal senantiasa saperti itu.

Pusing Gak Ada Duit??
Butuh Duit??
Yuk Gabung Bersama Kami Dan Daftarkan Diri Anda Kepada.
Hanya Dengan Minimal Deposit 20.000,-Dapat Hingga Jutaan Rupiah.

KLIK  >>> PEMENANG MEJAQQ


 

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Situs Judi Online Terbaik

Banner-Kota-mqq

BTemplates.com

Postingan Populer

Arsip Blog

Pages

About